Monday, February 27, 2012

Jujur Nggak Yaa??



Saat kamu dihadapkan pada pilihan jujur atau nggak jujur, pilihan apa yg kamu pilih? Yah, kalo itu sih tergantung sikon alias situasi dan kondisi, mungkin ada beberapa diantara kamu yg berfikir gitu. Ya kan? Ya lah, termasuk saya. Sama seperti kamu dan siapapun yg lain, terkadang berbohong seolah menjadi pilihan yg paling mungkin untuk mengesankan sesuatu, tentang diri kita terhadap orang lain. Misalnya waktu kamu ditanya sama gebetan kamu yang baru PDKT, kamu masuk ranking nggak di kelas? Asumsi misalnya kamu nggak dapet ranking 10 besar. Nah loh, tengsin banget kan kalo kamu ngaku nggak dapet ranking? Kesannya kamu tu kurang pinter. Trus kamu bilang deh, kalo kamu dapet ranking 5 (misalnya). Duh boong! Kamu tau saat itu kamu boong, tapi demi menjaga reputasi dihadapan gebetan baru.. yah tabrak aja deh!

Nah terus di saat yang lain, gebetan kamu tu ngobrol ma temen sekelas kamu n tanpa disengaja obrolan mengarah pada kamu yang dapet ranking 5, padahal aslinya nggak. Bisa jadi temen sekelas kamu tu cerita ke dia kalo sebenernya yg ranking 5 adalah si Anna, dan kamu nggak dapet ranking 10 pun. Duh, lebih gawat dech! Alamat dia bakalan ilfeel sama kamu, ketauan kalo kamu nggak termasuk ranking 10 besar en tukang boong pula.

Bagi2 pengalaman nih, saya juga sering ngalamin masalah kayak gitu. Berbohong demi peningkatan reputasi or nutupin kesalahan n jadi resah coz takut ketauan. Asalkan kamu tau ya, berbohong itu ibarat rantai yg nyambung2 kalo kemauan kita utk berbohong sering kita turutin. Karena takut ketauan kita udah boong tentang masalah A, kita nutupin dengan kebohongan pada masalah B. Dan seterusnya sedemikian rupa agar kebohongan kita nggak terungkap. Padahal pada saat yang sama kita sedang mengingkari hati kita yang nggak pernah berdusta.

Mungkin kamu emang berhasil ngibulin orang, tapi hatimu gak akan pernah bisa kamu bohongin. Dan juga perlu kamu tau, mendustai hati itu nggak menghasilkan ketenangan. Emang enak terus-terusan resah?

Duh, saya jadi malu deh, soalnya ini pengalaman pribadi saya. Pelan2 saya sadar bahwa nggak ada positifnya berbohong, bohong untuk alasan apapun. Apakah karena kebohongan untuk jaga image, menutupi kesalahan or emang ngejahatin orang. Taruhlah misalnya saat ini kenyataannya kita memang belum berprestasi, justru jujur pada diri sendiri bahwa pada saat ini kita belum menjadi seperti yang kita harapkan adalah titik awal untuk memacu semangat perubahan. Misalnya nilai ujian Fisika kamu cuma dapet 50 dari nilai tertinggi di kelas adalah 90 di UAS kemarin, ya jujur saja kalau itulah yang sejauh ini kamu peroleh. Kalau ada temen yang tanya, kamu jawab aja seadanya. Sembari kamu terus mengasah diri untuk mengejar ketertinggalanmu.  Tapi nggak usah juga, kamu sebar-sebarin sendiri informasi itu kalo emang ga ada yg tanya. (Hihi.. dapet nilai dibawah standar aja bangga??)

Intinya, saya dan kamu, sekarang dan seterusnya.. yuk, kita sama2 melatih diri untuk jujur. Dalam hal apapun, tak peduli sekecil dan seremeh apapun. Dijamin, hidup kita jadi lebih tenang dan damai. Percaya deh! ^^  

Friday, January 27, 2012

Smile, Please.. :)


Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengunjungi sebuah tempat perbelanjaan di kota saya, Kota Bandung tercinta. Ada sedikit cerita unik yg saya temukan hari itu. Waktu saya melihat-lihat gerai kosmetik dimana biasanya selalu ada SPG (Sales Promotion Girl) disitu, sebenarnya saya tidak terlalu suka bermakeup. Tapi kalau ada produk yang OK dan lagi diskon, mungkin juga saya mau beli. :P

Yang membuat saya heran, ini loh.. mbak SPG nya kok cuek banget? Kayak dalam fikirannya berbisik "Alah, model orang kayak gini paling cuma mau lihat2. Keliatan 'kere' soalnya." Waktu saya minta diambilkan tester lipstik pun, dia bilang gini "Mbak yang ini nggak boleh dicoba, gores berarti beli."
Masya Allah, jutek banget saya fikir.

Duh, saya jadi mengevaluasi diri, apa ada yang salah dengan tampilan saya? Padahal saya udah mencoba bersikap seramah mungkin sebagai calon pembeli. Mungkin juga sih, karena wardrobe saya yang 'biasa' banget. Penampilan sebanding dengan ketebalan dompet, mungkin begitu yang banyak orang simpulkan. Terlebih kalo urusannya jual-beli. "Lo nggak niat beli, nggak usah ngerepotin minta dilayani." Seolah-olah slogan seperti itu yang berlaku di banyak tempat saat ini.

Anda mungkin berfikir, "Yah setiap orang kan berbeda, nggak semua orang bisa bersikap ramah." Ya, memang benar. Inilah masalahnya, inilah yang perlu kita tanyakan ulang pada diri kita. Inilah yang semakin lama semakin mengakar dalam budaya sosial kita. Selama tidak ada kepentingan, just ignore it.

Amat disayangkan memang, ketika untuk tersenyum hangat pun terasa berat, ketika untuk bertutur halus pun seolah mahal. Padahal kita ini masih berada di Indonesia, dimana budaya ketimuran masih perlu dipelihara. Lebih jauh, kita adalah manusia beragama. Bukankah tersenyum pun adalah ibadah? Bukankah memberikan perasaan bahagia kedalam hati seseorang pun bernilai pahala?

Kalau kita tersenyum hangat, orang akan tertulari rasa bahagia. Ketika kita bertutur halus, orang lain akan menganggap anda seperti kawannya. Dan dari situ bukan tidak mungkin kita bisa menambah teman baru. Dengan mengenal seseorang yang baru, kita bisa belajar tentang banyak hal dari kehidupannya. Berteman itu menyenangkan, kan? :)

Saya bukan ingin mengajari anda tentang moral, boleh jadi anda jauh lebih bijaksana daripada saya. Ini hanyalah sebuah refleksi dari pemahaman saya, dimana setidaknya saya menasehati diri saya sendiri untuk lebih peduli akan orang lain, tanpa kepentingan apapun. Kita perlu belajar lagi tentang 'mengukur' nilai seorang manusia, siapapun dia. Kita adalah sama, tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita hanyalah makhluk yang berawal dari setetes air hina yang pada akhirnya membusuk dipendam tanah. Nilai diri kita adalah sikap kita, tidak yang lainnya.






Saturday, January 21, 2012

Pernahkah kamu jatuh cinta dengan seseorang yang belum pernah kamu temui?





Zaman sekarang, hampir setiap orang di muka bumi ini punya yang namanya alat komunikasi wireless. Wire artinya kabel, less artinya kurang, jadi wireless berarti kabel yang kurang panjang (lol.Just kidding :P) Saya yakin kamu udah tahu apa itu artinya wireless, bagi yang belum faham silakan tanya sama Abang Google. Ya, apakah itu handphone, wireless broadband internet or yang semacamnya. Sekarang saya ingin berbagi sama kamu tentang satu topik yg mungkin agak menggelitik. Jatuh cinta lewat pandangan maya. (Peribahasa apa pula ini? Biarin dah, saya ngarang sendiri).